Bisnis

Biang Kerok Runtuhnya Bisnis Milik Bos Blue Bird

×

Biang Kerok Runtuhnya Bisnis Milik Bos Blue Bird

Sebarkan artikel ini

CHANNEL8.CO.ID, JAKARTA – Purnomo Prawiro diketahui mendirikan berbagai perusahaan PT Blue Bird. Namun tak sedikit perusahaan yang didirikannya itu dinyatakan bangkrut sejak beberapa dekade lalu.

Seorang pengusaha dan juga pemilik sejumlah saham PT Blue Bird, Mintarsih Abdul Latief, mengungkapkan kronologi runtuhnya bisnis Blue Bird.

“Perusahaan Blue Bird itu memang perusahaan (yang terdiri dari) banyak banget (perusahaan), tapi kita tahu lagi banyak perusahaan-perusahaan itu sudah bangkrut,” kata Mintarsih kepada wartawan, baru-baru ini.

Pakar yang sering diundang sebagai Mental Health Advisor di World Health Organization dan pengurus di beberapa organisasi internasional ini juga mengungkapkan tentang perusahaan lain yang dikelola Purnomo selaku salah satu pengelola dan pemilik PT Blue Bird tanpa melibatkannya (Mintarsih) dalam manajemennya.

Hal ini menerangkan bahwa perusahaan-perusahaan yang sudah bangkrut itu, ia sama sekali tidak dilibatkan.

“Perusahaan-perusahaan yang skala internasional itu, yakni ada Bohlam untuk ekspor keluar itu juga bangkrut, ada juga Botanindo dalam hal pertanian itu juga bangkrut, Jadico bangkrut juga, Tiara Biru itu bangkrut juga, lalu Tuna Indonesia juga, jadi kita lihat terlalu banyak sebetulnya perusahaan yang bangkrut. Lalu kita lihat lagi banyaknya perusahaan taksi grup Pusaka yang akan melebihi PT Blue Bird Taxi dengan logo “telur terbang’ dan merek “Pusaka” sudah tidak berwujud. Perusahaan ini banyak sekali, tapi saya tidak hafal,” ungkap Mintarsih.

Ia juga mengungkapkan tentang bisnis Taksi Pusaka yang pernah terlihat mengaspal di berbagai jalan raya di Jakarta, namun sejak lama sudah tidak terlihat lagi.

“Masyarakat tahu nggak dulu ada Taksi Pusaka, ini termasuk seperti yang saya sebutkan tadi bahwa perusahaan-perusahaan itu saya tidak mengelola, Taksi Pusaka juga saya tidak mengelola, dan itu rencananya akan jauh lebih besar dari Blue Bird karena itu dikelola langsung oleh Purnomo. Tapi ternyata apa? Dari banyaknya perusahaan itu bangkrut,” ujarnya.

Ia menjabarkan bahwa Taksi Pusaka saat ini sudah tidak berwujud dan memberatkan kinerja PT Blue Bird Taksi. Dalam operasionalnya, Taksi Pusaka mengambil order dari PT Blue Bird Taksi dengan menggunakan logo Blue Bird. Sehingga transparansi cashflow perusahaan semakin tidak jelas.

“Jadi sebetulnya tambah lama perusahaan-perusahaan milik Purnomo itu mengambil alih seluruh PT Blue Bird Taksi yang dulu perusahaan yang begitu banyak piagam, yang begitu berkembang disedot satu persatu. Satu persatu hartanya diambil, satu persatu pengeluarannya (modal) menggunakan pengeluaran dari PT Blue Bird Taksi. Akhirnya dia jadi PT Blue Bird hanya PT Blue Bird tanpa kata Taksi,” ungkap Mintarsih.

Tidak hanya itu, Mintarsih juga mengungkapkan bahwa Purnomo dengan PT Blue Bird diduga melakukan taktik licik dalam hal penguasaan tanah. Atau biasa disebut praktik mafia tanah.

Diduga Purnomo membayar para oknum di dalam pemerintahan, seperti oknum di Pengadilan dan Badan Pertanahan Nasional (BPN).

“Jadi dalam hal menguasai tanah yang luas, dugaan muncul soal Purnomo yang melakukan taktik licik dengan oknum-oknum di dalam pemerintahan,” tegasnya.

Mintarsih mencontohkan suatu persoalan serius, misalnya permasalahan Sertifikat tanah di Kelurahan Kalibata, Kecamatan Pancoran seluas 4,6 hektare yang sampai saat ini masih belum dapat disertifikatkan, meskipun sudah banyak rumah-rumah permanen di tanah tersebut.

Bahkan prosedur Pengadilan sudah ditempuh dan dimenangkan. Namun tetap berhasil di sertifikatkan. Pada saat yang lalu ditolak karena pernah terjadi demo atas tanah di area tersebut

Namun akhirnya malah terhalang di BPN Jakarta Selatan, yang tetap kukuh menolak mensertifikatkan dengan alasan yang dibuat-buat, yaitu karena pernah terjadi demo atas tanah di area tersebut. Inilah pekerjaan rumah bagi Menteri ATR/BPN, untuk memberantas oknum BPN yang terlibat dengan mafia tanah,” ujar Mintarsih.

Bisnis Blue Bird

PT Blue Bird Tbk. merupakan salah satu perusahaan besar dalam jasa angkutan transportasi di Indonesia pada masanya. Era disrupsi yang semakin melebar menggerus bisnis transportasi konvensional yang identik dengan taksi Blue Bird.

Namun perusahaan mencoba bertransformasi ke arah digital, sehingga bisnis taksi Blue Bird masih eksis hingga saat ini di tengah gempuran taksi online.

Sebagaimana diketahui, PT Blue Bird Tbk merupakan perusahaan transportasi terkemuka di Indonesia yang dikenal dengan layanan taksi dan transportasi lainnya. Perusahaan ini didirikan oleh keluarga Chandra.

Baca Juga: Keterangan Presiden Prabowo Subianto tentang Kenaikan PPN 12% untuk Barang Mewah

Berawal dari usaha keluarga yang dirintis oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono yang merupakan istri dari Djokosoetono, PT Blue Bird berdiri pada 1972. Saat ini, kepemilikan saham PT Blue Bird Tbk sebagian besar dimiliki oleh keluarga pendiri, terutama melalui perusahaan induk seperti PT Pusaka Citra Djokosoetono.

Selain itu, sebagian saham Blue Bird juga diperdagangkan secara publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak perusahaan ini melantai di bursa pada 2014. Sehingga meskipun perusahaan sudah menjadi perusahaan publik, keluarga pendiri masih memegang kendali utama.

Baca Juga: Aliansi Nissan-Mitsubishi Luncurkan Livina Versi Mungil

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *