BeritaHistoria

Keseriusan Soeharto Saring Budaya Asing Masuk Indonesia 

×

Keseriusan Soeharto Saring Budaya Asing Masuk Indonesia 

Sebarkan artikel ini
Presiden ke-2 RI, Soeharto (Foto: Arsip RI)
Presiden ke-2 RI, Soeharto (Foto: Arsip RI)

CHANNEl8, JAKARTA – Masuknya budaya asing ke Indonesia memberikan dampak yang bervariasi, baik positif maupun negatif. Pengaruh globalisasi yang semakin kuat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya masyarakat Indonesia.

Keyakinan ini sepertinya dipegang teguh oleh Presiden ke-2 RI, Soeharto yang sempat tegas kepada jajaran menterinya supaya budaya asing tidak terlalu diberi keleluasaan. Keseriusan Soeharto supaya budaya asing dibatasi didasarkan terhadap dampak yang muncul, antara lain hilangnya identitas budaya lokal.

Sebut saja unsur budaya tradisional yang mulai terlupakan seiring dengan dominasi budaya luar. Hal ini turut menyebabkan lunturnya nilai-nilai kebudayaan lokal yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Dampak lainnya adalah penurunan rasa nasionalisme.

Permintaan Presiden Soeharto agar budaya asing dibatasi sebagaimana terekam dalam pemberitaan Antara yang tayang pada 29 Desember 1995 seperti dikutip dari Buku Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 774-776, Jumat (10/1/2025).

Dalam buku itu, Soeharto meminta kepada para ilmuwan, terutama anggota Dewan Riset Nasional (DRN), untuk lebih selektif dalam menyaring nilai-nilai budaya luar negeri sebelum diterima dan digunakan dalam memperkuat serta memperkaya budaya nasional. Ia menekankan pentingnya pengembangan ilmu sosial dan kemanusiaan yang berpijak pada nilai-nilai Pancasila.

“Saya minta Dewan Riset Nasional juga memperhatikan pengembangan ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan dari nilai-nilai Pancasila,” kata Presiden Soeharto saat melantik 165 anggota DRN di Istana Negara, Kamis (10/12/1995).

Presiden Soeharto menegaskan bahwa nilai-nilai budaya asing tidak boleh merusak kepribadian bangsa Indonesia. Ia menyatakan keyakinannya bahwa nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dapat menjawab berbagai tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia di masa depan.

“Penelitian terhadap nilai-nilai asing itu amat penting, karena dalam hal nilai kehidupan, apa yang dimiliki bangsa Indonesia tidak kalah dengan nilai-nilai luar negeri,” kata Soeharto dalam buku itu.

Ke-165 anggota DRN yang dilantik terbagi dalam lima kelompok fokus, yaitu: kebutuhan dasar manusia, sumber daya alam dan energi, industrialisasi, pertahanan dan keamanan, serta kelompok sosial, ekonomi, falsafah, hukum, dan perundang-undangan.

Presiden Soeharto juga mengingatkan para ilmuwan bahwa meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting bagi pembangunan, nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa harus tetap menjadi landasan.

Sementara itu, dalam Jurnal Pendidikan Tambusai berjudul Masuknya Budaya Asing Terhadap Nasionalisme Bangsa Indonesia di Era Globalisasi yang ditulis Nisfa Shahira Azhima dkk (Vol 5 Nomor 3, 2021), masuknya budaya asing ke Indonesia telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kebudayaan bangsa. Salah satu dampak yang paling terasa adalah tergerogotinya semangat nasionalisme.

Semangat kebangsaan yang seharusnya mendorong rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap budaya lokal, mulai terpengaruh oleh pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia. Hal ini terjadi karena sebagian masyarakat mulai menganggap budaya luar lebih menarik atau lebih modern daripada budaya Indonesia sendiri.

Dalam jurnal itu diegaskan bahwa perubahan kebudayaan dapat terjadi ketika ada faktor baru yang lebih memuaskan dibandingkan dengan faktor lama. Faktor baru tersebut bisa berupa budaya asing yang dianggap lebih sesuai dengan perkembangan zaman, dan akhirnya menggantikan atau menggeser kebudayaan lokal yang ada.

Ketika budaya asing dianggap lebih memuaskan atau relevan dengan kebutuhan masyarakat, maka budaya tersebut dapat diterima dan diadopsi, menyebabkan terjadinya perubahan dalam kebudayaan bangsa.

Namun, perubahan ini tidak selalu membawa dampak positif. Jika tidak dikelola dengan baik, masuknya budaya asing dapat melemahkan semangat nasionalisme, karena masyarakat mulai lebih menghargai budaya luar daripada budaya asli mereka. Proses ini, jika dibiarkan berlarut-larut, dapat menyebabkan hilangnya jati diri bangsa dan memperlemah rasa kebanggaan terhadap warisan budaya Indonesia.

Karena itu, dalam setiap kebijakannya, Presiden Soeharto meminta kepada seluruh jajaran menteri untuk berdiri di atas kaki sendiri serta berdaulat dengan kekuatan bangsa. Meski sempat mendapat penolakan, Soeharto terus mengupayakan agar identitas nasional semakin unggul daripada identitas lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *