CHANNEL8.CO.ID, JAKARTA — Nartim sudah berumur 20 tahun ketika Desa Tambi di Kabupaten Indramayu kedatangan Presiden Soeharto yang mendadak dan tidak dikawal secara ketat pada 6 April 1970.
Bagi Nartim kedatangan sosok yang kemudian diketahuinya sebagai Presiden Soeharto terus diingatnya hingga kini. Kedatangan Presiden Soeharto ke Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu tentu saja mengagetkan penduduk.
Penduduk desa pun segera bergegas mendatangi balai desa, memastikan apakah tamu yang datang benar-benar Presiden Soeharto yang akrab disapa masyarakat sebagai Pak Harto.
Benar saja, ternyata Presiden Soeharto yang datang ke Desa Tambi untuk menemui rakyatnya.
Nartim yang menjadi petani mengenang kedatangan Presiden Soeharto ke desanya.
“Memang ada rombongan orang yang tengah berbincang dengan kepala desa setempat, dan salah satu dari mereka diketahuinya sebagai Pak Harto,” ujar Nartim mengenang masa lalu, dikutip dari buku Buku Incognito Pak Harto: Perjalanan Diam-diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya yang ditulis Mahpudi dan diterbitkan Yayasan Harapan Kita, 2013.
Tentu saja berita dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut di desa yang juga dikenal sebagai tempat situs Makam Kramat Ki Buyut Tambi. Sampai saat ini, katanya makam yang letaknya tidak jauh dari balai desa sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai penjuru negeri dalam tradisi munjungan. Konon katanya, Buyut Tambi adalah seorang dalang pertunjukan wayang kulit, tokoh spiritual yang sekaligus leluhur penduduk setempat.
Desa Tambi baru saja dilanda banjir. Sehubungan dengan itu, Presiden Soeharto menyampaikan rasa prihatinnya dan kepada warga desa yang menjadi korban banjir.
Presiden Soeharto juga menyumbang 100 ton bahan makanan, obat-obatan dan vitamin. Selain itu, Pak Harto juga menambah dengan bantuan kredit bagi para petani guna pengembangan tanaman palawija.
Kepada para pejabat setempat yang menemui Presiden Soeharto di Desa Tambi, ia berpesan agar dalam menunaikan tugas, betul-betul kompak dan efektif, terutama dalam membina rakyat.
Malam hari hampir semua penduduk berkumpul di halaman balai Desa Tambi yang lapang. Sebentar lagi dilakukan pemutaran film menggunakan layar tancap.
Film tentang penyuluhan pertanian sengaja dibawa rombongan Presiden Soeharto untuk menghibur masyarakat yang disinggahi Pak Harto dalam perjalanan incognito.
Kepada penulis yang menemuinya di balai desa yang sama pada 4 Mei 2012, Nartim mengingat kembali bahwa sebelum pemutaran film dimulai, Presiden Soeharto berbicara di hadapan penduduk.
“Pesan Pak Harto: Mari kita bersatu padu untuk membangun negara dan bangsa. Bertani yang sungguh-sungguh. Anak-anak harus sekolah,” ujar Nartim mengatakan kembali pesan Presiden Soeharto puluhan tahun yang lalu saat berkunjung ke desanya.
Setelah memberikan pesan, Pak Harto mengajak semua yang hadir untuk bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Malam itu, seisi halaman balai desa gegap gempita dengan suara penuh semangat.
Menyanyikan Indonesia Raya, “Indonesia tanah airku… tanah tumpah darahku…”