CHANNEL8.CO.ID, JAKARTA – Jauh sebelum program makan bergizi gratis (MBG) dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, Presiden ke-2 Indonesia Soeharto telah lebih dulu menerapkannya. Hanya saja, skema pemberian makan bergizi gratis ala Pak Harto berbeda dengan Prabowo.
Pada tahun 1991, Presiden Soeharto menerapkan kebijakan Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Program PMT-AS diluncurkan sebagai solusi mengatasi tingginya angka kekurangan gizi anak-anak sekolah di Indonesia, khususnya di daerah tertinggal, yang membuat angka putus sekolah juga tinggi.
Berbeda dari program makan bergizi gratis (MBG) yang diterapkan Prabowo dengan menyasar seluruh wilayah Indonesia, program PMT-AS di era Pak Harto dilaksanakan di 11 provinsi saja. Kesebelas provinsi tersebut antara lain Aceh, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, hingga Irian Jaya. Adapun total penerima manfaat mencapai 41.769 orang.
Dalam pelaksanaannya, menu makanan PMT-AS mengacu pada hasil pertanian desa tempat sekolah berada yang kemudian diolah menjadi snack, bukan makanan berat, seperti nasi dan lauk-pauk. Artinya, setiap sekolah akan menerima menu berbeda.
Pemerintah hanya memberi beberapa ketentuan, antara lain: 1) mencapai 200-300 Kilokalori (Kkal) yang mencakup 5 gram protein, 2) sesuai anggaran sebesar Rp 250 untuk kawasan Indonesia Barat dan Rp 350 untuk kawasan Indonesia Timur, 3) tidak menggunakan makanan olahan yang didatangkan dari kota, seperti susu bubuk, susu kaleng, susu karton, mi instan, roti dan kue.
Selain makanan, pemerintah juga memberikan setiap anak obat cacing dan tablet zat besi. Ini bertujuan untuk mencegah anemia dan mencukupi kadar zat besi di tiap tubuh anak. Program ini akan diberikan selama 9 bulan selama kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan guru, orang tua murid, dan kader PKK.
Dalam kumpulan tulisan berjudul Kependudukan dan Pembangunan (2020) diketahui, program tersebut berhasil mengatasi masalah kekurangan gizi. Bahkan, siswa menunjukkan minat positif yang terlihat pada berkurangnya ketidakhadiran di dalam kelas. Atas dasar ini, kebijakan program PMT-AS diperluas ke seluruh Indonesia.
“Setelah program ini memperlihatkan keberhasilan, khususnya mengurangi jumlah absen murid dan pada saat bersamaan meningkatkan minat mereka untuk belajar, cakupan program PMT-AS kemudian diperluas lagi,” ujar tim penulis publikasi Sekretariat Negara.
Kala itu, urgensi perluasan program juga semakin tinggi usai survei Kementerian Sosial mencatat tidak kurang 40% anak di Indonesia menderita kurang gizi, terutama di pedesaan dan keluarga miskin. Dalam pewartaan Dharmasena (Maret 1996) diketahui, pada 1994 anak sekolah yang mengalami gangguan pertumbuhan berkisar antara 13,6%-43,7%. Survei ini dilakukan terhadap 600 ribu anak SD/MI di 27 provinsi.
Atas alasan ini, Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden No.1 tahun 1997 tentang Program Makanan Tambahan Anak Sekolah.
“Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) adalah suatu gerakan nasional yang dilaksanakan di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) negeri dan swasta yang ditetapkan pemerintah,” tulis aturan tersebut.
Pelaksanaan program sama seperti uji coba di tahun 1991. Perbedaan hanya terletak pada frekuensi pemberian makanan tambahan. Jika awalnya sesuai hari belajar (5 hari), maka kini menjadi seminggu tiga kali.
“Menteri Dalam Negeri Yogie SM menambahkan, pemberian makanan tambahan untuk murid SD/MI akan dilakukan seminggu tiga kali. Bentuk dan jenis makanan yang disajikan untuk anak-anak ini tidak makanan lengkap, seperti nasi dan lauk-pauk, tetapi makanan jajanan atau makanan kecil,” tulis majalah Dharmasena.
Meski terjadi perubahan, secara statistik, terlihat peningkatan jumlah peserta PMT-AS. Pada tahun 1996/1997, tercatat ada 16.800 unit SD/MI dengan jumlah murid 2,1 juta yang ikut program ini.
Baca Juga: Kala Soeharto Melepas Rindu di TMII
Angka ini terus meningkat menjadi 6,87 juta murid dan 47.900 unit sekolah pada 1998/1999. Pada titik ini cakupan program PMT-AS tidak hanya murid-murid yang tinggal di daerah miskin. Namun, juga mereka yang tinggal di daerah dengan kategori tidak miskin.
Dengan demikian boleh dikatakan, Soeharto merupakan tokoh nasional yang menjadi pencetus utama program makan bergizi bagi anak sekolah. Tujuannya untuk mencegah kekurangan gizi serta mencerdaskan anak bangsa.
Baca Juga: Pemimpin Religius Itu Bernama Soeharto