CHANNEL8.CO.ID, JAKARTA — Sebagai mantan Panglima Komando Operasi Mandala, Soeharto sangat peduli dengan nasib keluarga anak buahnya. Yakni para anak yatim dan janda yang suaminya gugur di medan pertempuran untuk membela Tanah Air Indonesia.
Saat menjadi Panglima Komando Operasi Mandala, bawahan Soeharto banyak yang gugur selama melaksanakan amanat Tri Komando Rakyat (Trikora) yang dikumandangkan Presiden Soekarno di Yogyakarta pada 19 Desember 1961.
Ada ratusan anak menjadi yatim dan piatu karena ayah ibu mereka gugur di medan perjuangan dalam mengembalikan Irian Barat (kini wilayah Papua) ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Inilah yang mendorong Soeharto pada tahun 1963 mendirikan Yayasan Trikora.
Yayasan Trikora didedikasikan untuk memberikan beasiswa bagi anak-anak yatim putra dan menyantuni janda pejuang Trikora, dikutip dari buku Incognito Pak Harto: Perjalanan Diam-diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya yang ditulis Mahpudi dan diterbitkan Yayasan Harapan Kita, 2013.
Soeharto yang akrab disapa Pak Harto juga memerintahkan TNI AU membangun asrama yang menampung anak yatim agar mendapat perhatian dan pendidikan yang cukup dari pemerintah. Asrama didirikan di dalam kompleks Lapangan Udara Darurat Jatiwangi yang kini dikenal dengan nama Lapangan Udara Sukani, Jawa Barat.
Soeharto yang mendirikan Yayasan Trikora, pada tahun 1970 sudah menjadi presiden. Dalam perjalanan penyamarannya, Presiden Soeharto kembali mengunjungi Yayasan Trikora.
Andreas Pedro Parera saat itu sedang berdinas sebagai Prajurit Angkatan Udara RI ketika Presiden Soeharto singgah di Asrama Yatim Trikora di Lanud Darurat Jatiwangi dalam perjalanan Incognito pada 7 April 1970.
Andreas Pedro menjadi bagian dari tim yang mengamankan kedatangan Presiden Soeharto untuk berjumpa dengan anak-anak yatim yang sedang mengikuti serangkaian pendidikan di sana.
Asrama itu kini sudah tidak ada lagi. Beberapa tahun setelah kunjungan Presiden Soeharto ke asrama tersebut, pemerintah membangun asrama yang lebih baik di lingkungan Komplek Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Namun demikian, bangunan bekas asrama itu masih ada, dibiarkan kosong untuk sementara waktu. Meski ada beberapa perubahan tapi bagian dalam bangunan masih meninggalkan jejak sebagai asrama.
Andreas Pedro ingat bagaimana Pak Harto memberikan bingkisan kepada anak-anak yatim di sana, terlihat bercakap-cakap dengan mereka. Sambil meneteskan air mata, Andreas Pedro berkata, “Beliau (Pak Harto) sangat peduli dengan anak-anak yatim.”
“Berkat Pak Harto mereka yang kehilangan orang tuanya di medan pertempuran bisa tetap tabah, kuat dan mampu melanjutkan cita-citanya,” ujar Andreas Pedro.
Andreas Pedro mengungkapkan, sejumlah anak yatim itu kini banyak yang sukses, berkarir di dunia militer seperti orang tua mereka atau menjadi pegawai dan pengusaha di seluruh Indonesia.