Bisnis

Harga Batu Bara Dunia Bangkit, Ini Pemicunya

×

Harga Batu Bara Dunia Bangkit, Ini Pemicunya

Sebarkan artikel ini

CHANNEL8.CO.ID, JAKARTA – Harga batu bara acuan dunia terpantau mulai bangkit pada pekan ini, setelah selama 11 pekan beruntun anjlok. Harga batu bara dunia mulai bangkit setelah dirilisnya data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) periode Desember 2024.

Laporan akhir Indeks Harga Konsumen (consumer price index/CPI) untuk 2024, yang sekaligus menutup pemerintahan Biden dan perjuangannya melawan lonjakan harga akibat pandemi, menunjukkan bahwa kenaikan harga, kecuali untuk makanan dan energi, mereda menjadi 3,2% pada bulan Desember dari 3,3% pada bulan sebelumnya.

Meskipun inflasi utama sedikit meningkat, ukuran inti yang disebut “core CPI” dianggap sebagai indikator yang lebih baik dari tekanan harga yang mendasari.

Dengan laju inflasi di sektor perumahan yang menurun secara signifikan, para ekonom memperkirakan laporan mendatang tentang Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) untuk Desember 2024 akan melemah, bahkan mungkin turun di bawah target 2% yang ditetapkan oleh Fed.

PCE digunakan sebagai acuan target inflasi oleh bank sentral, dan pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memperkirakan pelambatan yang signifikan dalam beberapa bulan pertama tahun ini.

Pejabat The Fed menyatakan bahwa data yang dirilis pada Rabu lalu menunjukkan inflasi di AS terus mereda, meskipun mereka mencatat adanya ketidakpastian yang meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena mereka menunggu kebijakan awal dari pemerintahan baru Presiden Trump.

Saat inflasi mereda harapan suku bunga akan bisa kembali turun sehingga menggairahkan ekonomi. Sehingga kebutuhan batu bara untuk kebutuhan listrik berpeluang meningkat.Saat permintaan naik, harga batu bara akan ikut terungkit.

Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi pada 2025, pertumbuhan konsumsi batu bara dunia diperkirakan akan melandai bahkan hanya mencapai 0,34% yoy menjadi 8.801 juta ton.

Berdasarkan data dari Refinitiv pada pekan ini, harga batu bara Newcastle untuk kontrak Februari 2025 melonjak 4,13% secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan Jumat (17/1/2025) akhir pekan ini, harga batu bara melesat 3,14% ke 119,75 dolar AS per ton.

Di lain sisi, bangkitnya harga batu bara terjadi meski proyeksi permintaan di 2025 cenderung stagnan. Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi pada 2025, pertumbuhan konsumsi batu bara dunia diperkirakan akan melandai bahkan hanya mencapai 0,34% yoy menjadi 8.801 juta ton.

Permintaan batu bara dari China diperkirakan akan cenderung stagnan pada 2025 dengan konsumsi 4.940 juta ton. Jumlah tersebut hanya tumbuh 1 juta ton atau hanya 0,02% dari konsumsi 2024 sebesar 4.939 juta ton.

Baca Juga: TikTok tak Bisa Diakses di AS, Ini Biang Keroknya

Sementara India, konsumen batu bara terbesar kedua dunia, diperkirakan akan memiliki konsumsi sebesar 1.363 juta ton pada 2025. Jumlah tersebut pun hanya tumbuh 48 juta ton atau 3,65% dari 2024 sebesar 1.315 juta ton.

Konsumsi batu bara China dan India yang cenderung melandai karena adanya pengembangan energi hijau yang mulai mengambil pasar batu bara sebagai sumber energi.

Baca Juga: Awal Mula Ketua BEM UI Diberhentikan dengan Tidak Hormat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *