CHANNEL8.CO.ID, JAKARTA – Kisah asmara masyarakat yang hidup tahun 80-an memang selalu asik untuk diceritakan. Selain karena caranya yang unik, kisah percintaan tersebut dinilai banyak memberikan inspirasi kepada generasi saat ini. Salah satu potretnya yakni orang yang menikah pada masa itu lebih awet meski perjalanannya terjal.
Seperti pada kisah cinta Presiden ke-2 RI Jenderal Besar Soeharto bersama Ibu Negara Siti Hartinah atau Ibu Tien. Berawal dari perjodohan oleh bibi Soeharto, cinta keduanya ternyata menjadi teladan bagi pasangan saat ini. Soeharto dan Tien dinilai sebagai potret cinta sehidup semati.
Awal berkenalan
Dilansir dari situs HM Soeharto pada Kamis (23/1/2025), Presiden yang dikenal sebagai Bapak Pembangunan ini mengenal Tien saat keduanya masih bersekolah di Wonogiri, Jawa Tengah. Saat itu, Tien berada satu kelas dengan adik sepupu Harto, Sulardi. Namun, benih cinta belum tumbuh di antara mereka.
Pertemuan paling menegangkan
Kisah percintaan keduanya baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika Soeharto, yang saat itu berusia 26 tahun sebagai anggota ABRI yang bertugas di Yogyakarta, didatangi oleh keluarga Prawirowihardjo. Momen ini jelas menegangkan bagi Soeharto karena berhadapan dengan calon mertua.
Dalam pertemuan itu, Ibu Prawiro, ibu angkat sekaligus bibi Soeharto, mulai menanyakan tentang rencana pernikahannya. Saat itu Soeharto masih berpangkat Letnan Kolonel. Jadi tidak terlalu serius menanggapi pertanyaan tersebut.
Namun, Ibu Prawiro terus mendesak dan mengingatkan betapa pentingnya pernikahan. Saat itu, Soeharto pun merasa bingung dan menjawab bahwa ia belum memiliki calon pasangan. Ibu Prawiro, dengan penuh keyakinan, menawarkan calon yang dianggap cocok untuk Soeharto, yaitu Siti Hartinah, teman satu kelas adik sepupunya di Wonogiri.
Soeharto sempat ragu
Awalnya, Soeharto meragukan apakah Tien akan mau menikah dengannya, mengingat latar belakang Tien sebagai putri bangsawan Jawa. Namun, Ibu Prawiro meyakinkannya dan berjanji akan mengurus segalanya.
Tak lama kemudian, keluarga Tien yang berasal dari keluarga bangsawan Mangkunegaran pun setuju dengan perjodohan tersebut. Pertemuan pertama antara Soeharto dan Tien setelah sekian lama terasa canggung.
Menikah sederhana Desember 1947
Dengan berusaha meyakinkan diri sendiri, pertemuan Seoharto dan keluarga Tien berakhir dengan keputusan untuk melanjutkan ke pernikahan.
Pada 26 Desember 1947, Soeharto dan Tien menikah di Solo, Jawa Tengah, dalam upacara sederhana yang terpaksa digelar dengan penerangan redup untuk menghindari serangan Belanda yang masih berlangsung.
Tinggal bersama di Yogyakarta
Setelah menikah, Tien mengikuti Soeharto ke Yogyakarta, tempatnya bertugas. Sejak saat itu, Tien setia mendampingi suaminya melalui berbagai perjuangan, termasuk masa-masa sulit ketika Soeharto memimpin Orde Baru selama lebih dari tiga dekade.
Lahir 6 putra putri hebat
Dari pernikahan mereka, lahir enam anak: Siti Hardijanti Rukmana, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih. Keenam anaknya itu kini menjadi orang-orang hebat yang juga menginspirasi masyarakat dengan berbagai prestasi yang dicapai.
Wujud cinta sejati Soeharto
Kesetiaan Soeharto terhadap Tien sangat kuat, bahkan ia tidak pernah mempertimbangkan untuk melakukan poligami. Bagi Soeharto, hanya ada satu wanita dalam hidupnya: Siti THartinah. Pernyataan tersebut ia ungkapkan dalam otobiografinya, menunjukkan kedalaman cinta yang luar biasa kepada istrinya.
Meninggal dunia
Namun, takdir berkata lain. Ibu Tien meninggal dunia pada 28 April 1996 di usia 72 tahun. Kepergiannya jelas meninggalkan Soeharto yang masih memimpin negara.
Meski kehilangan sang istri, Soeharto tetap mengingat kesetiaan yang telah terjalin, dan anak sulung mereka, Siti Hardijanti Rukmana, melanjutkan tugas sebagai Ibu Negara.
Soeharto, yang meninggal pada 27 Januari 2008, tetap setia pada satu perempuan sepanjang hidupnya. Ia dimakamkan di Astana Giri Bangun Solo, berdampingan dengan makam Ibu Tien.
Kisah ini membawa gambaran jelas bahwa kesetiaan masih ada pada sosok pemimpin hebat seperti Jenderal Besar Soeharto. Semoga cerita ini menjadi inspirasi buat semua pembaca.