CHANNEL8.CO.ID, JAKARTA – Pada 1 Maret 1949, terjadi peristiwa bersejarah di Yogyakarta yang menjadi titik balik dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, yakni Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan ini juga dikenal dengan sebutan Operasi Yogyakarta Maret 1949.
Serangan ini menjadi simbol keberanian, perjuangan, dan semangat juang rakyat Indonesia, khususnya para prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yang kini dikenal sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI). Serangan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel (Letkol) ABRI Angkatan Darat, Soeharto, yang kelak menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia.
Dilansir dari berbagai sumber pada Senin (10/2/2025), serangan ini dilakukan di tengah tekanan besar yang dihadapi Indonesia, karena Belanda berusaha menguasai kembali Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945. Letkol Soeharto dan pasukan ABRI berhasil menguasai Kota Yogyakarta selama enam jam sebelum akhirnya mundur kembali ke hutan-hutan. Meskipun hanya berlangsung singkat, serangan ini membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI dan Polri masih ada dan aktif, serta menunjukkan bahwa klaim Belanda yang mengatakan TNI telah dihancurkan sepenuhnya adalah salah.
Serangan Umum ini dipersiapkan dengan matang oleh jajaran tertinggi militer Divisi III/GM III, dengan melibatkan pemerintah sipil setempat, berdasarkan instruksi langsung dari Panglima Divisi III, Kolonel Bambang Soegeng. Tujuan utama dari serangan ini adalah untuk memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang tengah berlangsung di Dewan Keamanan PBB, dan menunjukkan kepada dunia bahwa meskipun Indonesia menghadapi tekanan dari Belanda, TNI dan Polri masih memiliki kekuatan untuk melakukan perlawanan yang signifikan.
Serangan Umum 1 Maret 1949 menjadi momen penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan tercatat dalam sejarah sebagai kemenangan besar atas penjajah. Peristiwa ini juga menjadi pengingat bagi generasi muda akan perjuangan gigih para pendahulu dalam mempertahankan kemerdekaan.
Sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52 pada 5 Oktober 1997, Presiden Soeharto menerima anugerah Jenderal Besar atau Jenderal Bintang Lima. Penganugerahan ini menjadi yang pertama kali dalam sejarah Indonesia, dan diresmikan oleh pimpinan ABRI sebagai penghargaan kepada sosok yang memiliki peran besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.