CHANNEL8.CO.ID, CIREBON – Presiden kedua Indonesia, HM Soeharto berhasil membangun 999 masjid di seluruh Indonesia, tidak menggunakan dana APBN tetapi dengan menggalang dana shadaqah dari para pegawai negeri sipil dan Anggota TNI beragama muslim.
Semangat bersedekah, dalam upaya menghimpun daya dan dana untuk memenuhi kebutuhan membangun tempat ibadah atau Masjid bagi umat Islam di dalam melaksanakan ibadahnya sebagai mayoritas di negeri ini, yang waktu itu masih terbatas.

” Melalui Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila, Pak Harto berhasil membangun 999 masjid di seluruh Indonesia,” ujar Marsono sekretaris YAMP dalam kegiatan diskusi buku memperingati hari jadi ke-43 YAMP yang jatuh pada 17 Februari 2025, di Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat Minggu, 16 Februari 2025.
Lima Hikmah Pak Harto dan Masjid
Pada bagian berikutnya, penulis Mahpudi menguraikan isi buku yang ditulisnya bahwa ada lima hikmah yang dapat diperoleh dari penelitiannya tentang hubungan antara Presiden Soeharto dengan masjid yang dibangunnya; Pertama, Ia membangun masjid karena terpanggil sebagai seorang pemimpin muslim yang hendak memfasilitasi rakyatnya dengan membangunkan tempat beribadah. Namun, pembangunan masjid di seluruh pelosok negeri tanpa menggunakan dana APBN sebuah fenomena yang luar biasa.
Kedua, Pembangunan masjid dilakukan secara bergotong royong dengan mengambil falsafah sapu lidi. Dimana para pegawai negeri sipil dan ABRI digalang untuk bersedekah antara Rp.50,- hingga Rp.200,- setiap bulan untuk dikumpulkan melalaui YAMP. Dari dana itulah masjid-masjid itu dibiayai pembangunannya. Tak kurang 999 masjid berhasil dibangun selama kurun 1982-2009 yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
Ketiga, Pak Harto mewariskan strategi pembangunan masjid yang efektif dan efesienn, dimana bangunan dan bahan-bahan bangunan dirancang seragam dan berbentuk sama, sehingga secara proses lebih terukur, dan mudah dalam pembangunannya. Keseragaman in juga memungkinkan pembangunan dapat dilakukan di berbagai wilayah yang sangat berbeda seperti pesisir pantai, gunung, perkotaan, maupun perkampungan.
Keempat, Desain bangunan masjid mengambil desain masjid yang sudah ada di Nusantara sebagai peninggalan para Wali zaman dahulu yakni masjid Demak-Jawa Tengah. Dan mengingat Indonesia melandaskan diri pada Pancasila, maka hal ini diterapkan dengan symbol segi lima dengan lafadz Allah didalamnya yang dipancangkan pada memolo di Puncak Masjid. Karenanya, masjid-masjid ini dikenal pula dengan sebutan Masjid Pancasila.
Kelima, Pak Harto berpesan agar masjid-masjid yang dibangun itu bukan hanya menjadi pusat peribadatan umat disekitarnya tetapi juga pusat peradabban umatnya. Untuk itu ia mendorong agar para takmir masjid tersebut menjalankan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan kesehatan, hingga mendidik anak-anak warga sekitar.

Diskusi diakhir dengan penyerahan cinderamata berupa satu set buku 999 Masjid Pak Harto dari YAMP kepada Panitia Pameran. Selain itu, dalam rangkaian acara YAMP dan IKAPI menggelar bakti sosial berupa bersih-bersih masjid Pesantren Buntet yang dilaksanaan bersamaan dengan waktu dskusi tersebut.
Panitia Pameran Muhammad Mazdi menyampaikan terima kasih atas kepedulian YAMP terhadap generasi muda yang tengah menuntut ilmu di pesantren Buntet. Dan Berharap pada masa yang akan datang ada program kegiatan berikutnya yang bisa digelar di salah satu pesantren tertua dan terbesar di Jawa Barat.
Masjid Menjadi Pusat Peribadatan Dan Bersedekah
Presiden Soeharto tahun 1982 mendirikan Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila (YAMP), dan mengajak umat untuk menumbuhkan semangat bersedekah. YAMP mengumpulkan dana yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (Korp Pegawai Republik Indonesia), TNI/Polri yang beragama Islam yang nilainya: Rp 50 (golongan I), Rp 100 (golongan II), Rp 500 (golongan III), dan Rp 1.000 (golongan IV), berdasarkan jenjang masing-masing pegawai.

Membangun masjid yang merupakan cita-cita didirikannya YAMP, bagi Pak Harto merupakan kebutuhan yang tak terhindarkan umat Muslim. Masjid, selain sebagai sarana beribadah keberadaannya merupakan simbol bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan masyarakat dalam ukhuwah Islamiyah. Dan, yang lebih penting, bagaimana umat Muslim bisa mencintai masjid sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya.
Masjid-masjid tersebut dibangun oleh Pak Harto guna memfasilitasi umat Islam yang memerlukan sarana peribadatan yang serba terbatas saat itu. Pembangunan masjid-masjid tersebut berlangsung antara tahun 1987-1997 dan kini telah berkembang pesat. (KNB)