Jakarta – Sejumlah wilayah di Jawa Timur mengalami cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai petir dan angin kencang hingga memicu sejumlah peristiwa bencana yang berdampak signifikan. Tim Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam laporannya hari ini, Selasa, 18 Februari 2025 melaporkan peristiwa bencana yang pertama terjadi di Kabupaten Pacitan.
Seorang warga Desa Tamansari, Kecamatan Pringkuku, Pacitan ditemukan dalam kondisi meninggal dunia setelah terdampak tanah longsor. Akibat longsor juga menyebabkan satu orang lainnya harus dilarikan ke Rumah Sakit Astrini di Kabupupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Akibat cuaca ekstrem juga dirasakan warga di Desa Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur pada Senin (17/2) kemarin. Di wilayah tersebut hujan dengan intensitas tinggi telah menyebabkan Sungai Welang meluap dan melimpasi permukiman warga. Akibatnya 2.392 jiwa dari 867 keluarga terdampak banjir. Tak ada korban jiwa dalam bencana tersebut, dan kini banjir telah berangsur surut. Warga pun mulai membersihkan rumah dari sisa lumpur dan sampah akibat banjir.
Bencana angin kencang memporak-porandakan 29 unit rumah, 1 tempat usaha dan sedikitnya 25 pohon tumbang di wilayah Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Ada dua desa di Pamekasan yang terkena angin kencang yakni Desa Bulay di Kecamatan Galis dan Desa Montok di Kecamatan Larangan. Meski ada 30 keluara terdampak namun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Pusdalops BNPB juga melaporkan pemutakhiran data kejadian bencana yang terjadi akhir akhir ini di sejumlah wilayah di Indonesia. Di Kabupaten Demak, Jawa Tengah misalnya, akibat banjir yang terjadi pada pertengahan Januari lalu berdampak pada 58.882 jiwa dan merendam 4.432 unit. Atas musibah tersebut BNPB terus melakukan pendampingan. Saat laporan ini diturunkan banjir sudah surut dan warga pun mulai beraktivitas seperti biasa.
Di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), status Gunungapi Lewotobi Laki-Laki kembali dinaikkan menjadi level IV atau ‘Awas’. Hal ini dilakukan setelah pada Kamis (13/1) bulan lalu alat instrumen dari Pos Pengamatan Gunungapi merekam adanya peningkatan aktivitas vulkanik. Dengan diberlakukannya kenaikan status tersebut, masyarakat dilarang memasuki area 6 kilometer dan 7 kilometer wilayah sectoral Gunungapi Lewotobi Laki-Laki.
Meski masih belum ada erupsi besar seperti yang terjadi pada November 2024 lalu, namun tanda-tanda erupsi seperti munculnya lava pijar dari puncak kawah sudah mulai terjadi. Sehingga pemerintah Kabupaten Flores Timur merasa perlu bergerak cepat untuk upaya pendampingan masyarakat dengan fokus utama evakuasi dan penyelamatan.
Dalam keterangan resmi BPNB yang diterima redaksi channel8.co.id, potensi bencana turunan dari erupsi gunungapi seperti banjir lahar hujan juga tetap diwaspadai. Apalagi Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari, Kupang, merilis prakiraan cuaca yang menyebutkan sebagian besar wilayah NTT termasuk Kabupaten Flores Timur, berpotensi mengalami cuaca ekstrem sampai 22 Februari mendatang.
Dilaporkan juga bahwa bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, telah surut. Aktivitas masyarakat di sana pun berangsur normal. Sebelumnya, 24.938 jiwa terdampak banjir yang dipicu oleh faktor cuaca dan kiriman air dari wilayah hulu.
Sementara banjir di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, mulai berangsur surut. Memang masih ada sebagian wilayah seperti Desa Dadibou, Kecamatan Woha masih tergenang setinggi 20-60 sentimeter dan Desa Hidrasa di Kecamatan Lampu pun masih terendam banjir dengan ketinggian muka air antara 20-200 sentimeter.
Di sisi lain, meski sebagian besar wilayah Indonesia mengalami dampak bencana hidrometeorologi basah, maka berbeda di wilayah Provinsi Riau. Lahan seluas kurang lebih 65 hektar terbakar dan cakupannya dilaporkan semakin meluas. Tim gabungan dari BPBD, Manggala Agni, Tagana, TNI dan Polri terus berupaya memadamkan api.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Ph.D mengingatkan, adanya anomali cuaca dan pergantian musim di sejumlah wilayah Tanah Air diharapkan menjadi atensi bersama. Kendati sebagian wilayah masih berpotensi terjadi cuaca ekstrem, namun potensi kebakaran hutan dan lahan juga sudah mulai muncul.
“Upaya pencegahan yang meliputi peningkatan kesiapsiagaan, mitigasi dan peringatan dini diharapkan dapat dimaksimalkan. Bentuk sinergi pemerintah, antar lembaga, dunia usaha, media massa dan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan ketangguhan bersama dalam menghadapi potensi risiko bencana,” kata Abdul Muhari.