Berita

Profil Brian Yuliarto, Ilmuwan ITB yang Dilantik Prabowo Jadi Mendikti

×

Profil Brian Yuliarto, Ilmuwan ITB yang Dilantik Prabowo Jadi Mendikti

Sebarkan artikel ini

CHANNEL.CO.ID, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Prof Brian Yuliarto sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro. Pelantikan ini merujuk pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26b tentang pemberhentian dan pengangkatan menteri negara dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029.

Pelantikan Brian Yuliarto merupakan bagian dari reshuffle kabinet pertama yang dilakukan Presiden Prabowo sejak menjabat pada 20 Oktober 2024 lalu. Prof Brian, yang sebelumnya menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri di Institut Teknologi Bandung (ITB), dikenal sebagai ilmuwan terkemuka dalam bidang ilmu rekayasa dan nanoteknologi.

Profil dan Karier Akademik Brian Yuliarto

Brian Yuliarto lahir pada 27 Juli 1975 dan merupakan lulusan Teknik Fisika ITB tahun 1999. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya, ia melanjutkan studi ke University of Tokyo, Jepang, di mana ia meraih gelar magister pada 2002 dan gelar doktor (S3) pada 2005.

Pada 2019, ia mendapatkan gelar Guru Besar Teknik Fisika ITB berkat kontribusinya dalam pengembangan sensor berbasis nanomaterial. Brian telah mengabdikan dirinya sebagai dosen di ITB sejak 2006, menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri ITB (2020-2024), serta sempat menjadi Wakil Rektor ITB.

Brian juga dikenal sebagai peneliti aktif di bidang nanoteknologi dan biosensor. Beberapa jabatan penting yang pernah ia emban di antaranya:

  • Kepala ITB Nanoscience and Nanotechnology Research Center (PPNN) (2018–2020)
  • Postdoctoral Researcher di National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST), Jepang (2005–2006).

Kontribusi dan Prestasi Internasional

Sebagai ilmuwan, Brian telah menerbitkan 329 publikasi ilmiah dengan lebih dari 5.600 sitasi di Scopus. Namanya tercatat dalam daftar saintis top dunia versi Stanford University dan Elsevier selama tiga tahun berturut-turut (2022-2024).

Beberapa riset yang pernah ia lakukan, antara lain:

  • Biosensor Plasmonik Berbasis Mesoporos Emas untuk Deteksi Penyakit Menular (2021)
  • Deteksi COVID-19 Berbasis Localized Surface Plasmon Resonance (LSPR) dengan Aptamer RNA (2021)

Adapun fokus penelitiannya mencakup pengembangan sensor berbasis nanomaterial untuk mendeteksi gas berbahaya, polutan, kanker, dan hepatitis. Selain itu, ia juga berperan dalam pengembangan biosensor medis guna mendukung kemandirian Indonesia di bidang teknologi kesehatan.

Atas dedikasi dan kontribusinya dalam membangun ekosistem riset di Indonesia, Brian Yuliarto dianugerahi Habibie Prize 2024 sebagai talenta unggul dalam ilmu rekayasa.

Mandat untuk Mempercepat Transformasi Pendidikan Tinggi

Usai dilantik, Brian Yuliarto menegaskan bahwa dirinya diberikan mandat untuk mempercepat program-program pendidikan yang tertuang dalam Asta Cita Presiden Prabowo.

“Intinya, kita diminta langsung bekerja, melakukan langkah-langkah segera, dan konsolidasi untuk mendukung program Pak Presiden. Tentu ada banyak pembicaraan terkait pembangunan pendidikan Indonesia,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *