BeritaFotoHistoria

Masyarakat Dusun Kemusuk Peringati Peristiwa Bersejarah Serangan Umum 1 Maret

×

Masyarakat Dusun Kemusuk Peringati Peristiwa Bersejarah Serangan Umum 1 Maret

Sebarkan artikel ini

CHANNEL8.CO.ID, YOGYAKARTA – Memperingati Serangan Umum 1 Maret ratusan warga dari berbagai elemen masyarakat dusun Kemusuk melakukan prosesi tabur bunga di Makam Somenggalan Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Kamis (27/02/2025) pagi.

Digelar Yayasan Kajian Citra Bangsa berkolaboasi dengan Museum Memorial Jendral Besar HM Soeharto, kegiatan ini rutin digelar setiap tahun untuk merawat ingatan seluruh Bangsa Indonesia atas peristiwa kekejaman genosida oleh tentara Belanda saat masa Agresi Militer Belanda II tahun 1949.

Memperingati Serangan Umum 1 Maret ratusan warga dari berbagai elemen masyarakat dusun Kemusuk melakukan prosesi tabur bunga di Makam Somenggalan Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Kamis (27/02/2025)

Selain dihadiri sejumlah pengurus Yayasan Soeharto, kegiatan tabur bunga ini juga dihadiri sejumlah unsur Forkominda Kabupaten Bantul baik itu TNI POLRI mantan veteran pejuang, kalangan pelajar serta masyarakat umum.

Makam Almarhum Probo Sutejo di Makam Somenggalan Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul,

Ketua Panitia Peringatan 76 tahun Serangan Umum 1 Maret, yang juga Pengurus Museum Memoriam Jendral Besar HM Soeharto, Gatot Nugroho, mengatakan acara tabur bunga di Makam Pejuang Somenggalan ini menjadi salah satu rangkaian acara Bulan Pak Harto yang rutin dilaksanakan setiap bulan Maret.

“Lewat kegiatan ini diharapkan masyarakat tidak melupakan sejarah yang pernah terjadi di dusun Kemusuk. Dimana ratusan pejuang rela berkorban demi mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara,” ungkapnya.

Sebagaimana diceritakan almarhum Probo Sutejo dalam buku Biografi Novelistiknya yang berjudul “Saya dan Mas Harto”, pada sekitar awal Januari 1949, setiap hari, pasukan Belanda menginterogasi semua orang di Kemusuk. Mereka mencari tahu di mana Letkol Soeharto yang telah memimpin serangan malam hari terhadap pasukan Belanda di sekitar Kantor Pos Besar, Secodiningratan, Ngabean, Patuk, Sentul, dan Pengok, pada 29 Desember 1948.

Serangan Letkol Soeharto tersebut cukup memakan banyak korban jiwa dan bangunan di pihak Belanda. Padahal, sebelumnya, pasukan Belanda telah merasa menang ketika menangkap Presiden, Wakil Presiden, dan beberapa Menteri. Serangan tersebut telah menyulut kemarahan seluruh tentara Belanda.

Alih-alih mendapat informasi, ternyata, berbagai interogasi para tentara Belanda tersebut hanya menghasilkan nihil. Sehingga akhirnya, dengan sangat kalap dan membabibuta, para tentara Belanda menembaki semua kaum pria yang terlihat di Desa Kemusuk maupun desa-desa di sekitarnya.

Tiap kali selesai menembak pria, jasadnya langsung dilempar ke dalam api yang berkobar-kobar. Termasuk di antaranya yang menjadi korban adalah Atmo Pawiro (orang tua Pak Harto), serta lebih dari 200 korban lain—3 di antaranya adalah bayi dan balita).

Mereka membakar semua rumah dan tempat penyimpanan jerami. Saat itu, Kemusuk yang damai telah berubah menjadi neraka mengerikan yang dipenuhi letusan senjata. Desa Kemusuk seketika berubah menjadi ladang pembantaian (Killing Field). Mereka telah dilenyapkan.

Ratusan Epitaf (catatan pada nisan) di Makam Somenggalan Kemusuk hingga saat ini terasa masih memperdengarkan jerit sakit para korban. Mereka gugur dan dilanggar Hak Asasi hidupnya, menjadi korban kejahatan perang, tapi sayang belum ada yang peduli untuk menjadikan mereka sebagai pahlawan. (JMK-KNB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *