CHANNEL8.CO.ID, JAKARTA – Kesetiaan dalam sebuah hubungan masih tetap ada di dunia ini. Beberapa pasangan membuktikan bahwa komitmen bisa dijaga hingga akhir hayat. Salah satu contohnya adalah kisah cinta Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, dan istrinya, Siti Hartinah atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Tien.
Hingga kini, pasangan ini masih dianggap sebagai teladan bagi generasi muda. Soeharto dan Ibu Tien dikenal sebagai sosok yang menjunjung tinggi budaya, tradisi, serta ajaran agama dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Lalu seperti apa kisah asmara keduanya?
Dilansir dari berbagai sumber pada Jumat (27/2/2025), pada tahun 1947, Perang Kemerdekaan masih berkecamuk. Belanda berusaha kembali menguasai Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaannya dua tahun sebelumnya.
Di tengah situasi genting itu, seorang perwira muda bernama Soeharto, yang saat itu berusia 26 tahun dan berpangkat Letnan Kolonel, tengah sibuk mengurus Resimen TNI di Yogyakarta.
Di tengah kesibukannya, bibi Soeharto, Ibu Prawiro, mulai menyinggung soal pernikahan. Ia menilai sudah saatnya Soeharto membangun rumah tangga. Namun, Soeharto menolak. Baginya, perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan masih menjadi prioritas utama.
Namun, Ibu Prawiro tetap bersikeras. “Membentuk keluarga itu penting. Tidak perlu terhalang oleh perjuangan,” katanya. Lebih dari itu, rupanya keluarga Soeharto sudah menyiapkan calon untuknya.
Mendengar hal itu, Soeharto terkejut. “Tapi siapa pasangan saya? Saya tidak punya calon,” ujarnya.
Calon yang dimaksud adalah Siti Hartinah, teman sekelas adik Soeharto saat bersekolah di Wonogiri. Soeharto masih mengingat sosok perempuan itu, tetapi muncul keraguan dalam dirinya.
“Apa dia akan mau? Apa orang tuanya akan memberikan restu?” gumamnya dalam hati.
Soeharto merasa minder karena latar belakang keluarganya. Ayah Siti Hartinah adalah seorang wedana sekaligus pegawai Mangkunegaran, sementara keluarganya sendiri bukan berasal dari kalangan terpandang. Namun, Ibu Prawiro meyakinkan bahwa zaman telah berubah, dan perbedaan status sosial bukan lagi halangan.
Saat pertemuan kembali dengan Siti Hartinah, Soeharto mengaku merasa kikuk. Sudah lama mereka tidak bertemu, dan ia masih belum yakin apakah gadis ningrat itu benar-benar akan menerimanya.
Namun, keraguan itu akhirnya sirna. Pada 26 Desember 1947, Soeharto resmi menikahi Siti Hartinah di Solo. Pernikahan itu menjadi awal dari perjalanan panjang mereka sebagai pasangan suami istri.
Dari pernikahan ini, Soeharto dan Siti Hartinah dikaruniai enam orang anak:
- Siti Hardiyanti Hastuti
- Sigit Harjojudanto
- Bambang Trihatmodjo
- Siti Hediati Herijadi
- Hutomo Mandala Putra
- Siti Hutami Endang Adiningsih
Pasangan ini menjalani kehidupan rumah tangga hingga wafatnya Siti Hartinah pada tahun 1996.
Sepanjang perjalanan hidup mereka, Siti Hartinah selalu setia mendampingi Soeharto, baik sebagai istri seorang prajurit maupun ketika ia menjadi Presiden kedua Republik Indonesia.
Kisah pernikahan mereka menjadi bagian dari perjalanan sejarah Indonesia, yang turut membentuk kehidupan Soeharto sebagai pemimpin negara selama lebih dari tiga dekade.