CHANNEL8.CO.ID – JAKARTA. Ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), Siti Hardiyanti Hastuti Rukmana atau Tutut Soeharto menegaskan, Indonesia menempati posisi kedua di antara negara-negara megabiodeversity atau mega keanekaragaman hayati di dunia berdasarkan potensi yang dimilikinya.
Nilai Global Biodeversity Index (GBI) Indonesia, berpotensi lebih tinggi lagi jika menggunakan data dan informasi Indonesia dan mempertimbangkan keanekaragaman hayati yang ada di wilayah Indonesia, yang pengungkapannya masih terbatas.
Terhadap posisi goegrafis dan sejarah giologis Indonesia menjadikan bentang alam Indonesia terbagi dalam tujuh wilayah ekoregian dan tingkat endimisitas yang tinggi. Yaitu sebut Tutut Soeharto, ekoregion Sumatera, Jawa, Kalimatan, Bali-Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua.
“Indonesia adalah negara dengan hutan tropis terluas di dunia, memiliki kekuatan ketersediaan material bahan kayu, yang merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah,” kata Tutut Soeharto dalam sambutannya pada pelepasan ekspor kayu olahan milik PT. Sari Timber Persada ke negara India, di lapangan parkir The Amboja, Jakarta Timur, Rabu (28/5/2025).

Lebih lanjut putri sulung Presiden Ke-2 RI, Jenderal Besar TNI, HM. Soeharto ini mengatakan, dengan tetap memperhatikan aturan pelestarian lingkungan dan konservasi sumber daya alam Indonesia, produk-produk kayu yang dihasilkan dari sektor kehutanan tentunya akan berperan penting dalam pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19.
Selain itu menurutnya, kayu menjadi salah satu komoditas yang diminati konsumen manca negara. “Dimana ekspor kayu yang kita lakukan ini merupakan salah satu upaya PT Sari Timber Persada dalam menjalankan kebijakan pemerintah,” ujarnya.
Hal ini tegasnya lagi, sehubungan dengan investasi dan memberikan banyak keuntungan serta peningkatan devisa negara. Juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pertambahan investasi, pendapatan negara melalui pajak dan nonpajak, serta penciptaan peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja.
“Saya merasa bangga dan bahagia menyaksikan langkah maju yang telah diambil oleh PT Sari Timber Persada, perusahaan yang didirikan tanggal 14 Oktober 2024 yang memiliki segmentasi usaha produk kayu olahan,” kata Tutut Soeharto.
PT Sari Timber Persada ini merupakan anak usaha dari PT Hanurata yang segmen usahanya berkonsentrasi pada eksploitasi penebangan kayu.

Menurut Tutut Soeharto, keberhasilan PT. Sari Timber Persada dalam melakukan ekspor kayu perdana tentunya dapat terlaksana berkat dukungan dan kerja keras, serta sinergi dari banyak pihak.
“Saya menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya atas kerja dari direksi dan komisaris PT. Hanurata, Direksi dan komisaris PT. Sari Timber Persada dan para pihak yang telah membantu memberikan dukungan penuh hingga terlaksananya ekspor kayu perdana ini,” tegas Tutut Soeharto.
Tutut Soeharto juga menghaturkan terima kasih kepada PT Wonder International Needs (WIN), sebagai perusahaan pertama yang membeli kayu olahan dari PT. Sari Timber Persada.
Selain itu apresiasi juga disampaikan kepada PT.Semarak Dharma Timber, perusahaan pengelola kayu di Jayapura dan menjadi pemasok kepada PT Sari Timber Persada.
“Saya ucapkan terima kasih, dan saya berharap agar kerjasama dalam pemenuhan ekspor bahan kayu dapat terus ditingkatkan dengan memberikan yang terbaik,” ujar Tutut Soeharto.
Tutut Soeharto berharap, kerjasama ini dapat terus terjalin dan berkembang dengan baik sampai tahun-tahun berikutnya.
“Tadi disampaikan Pak Tantri (Dirut PT.Hanurata), selain Jayapura, PT. Sari Timber Persada juga dapat pasokan kayu dari Papua Barat dan Kalimantan Timur ” ujarnya.
Dengan segenap hati, mantan menteri Sosial ini mendukung kerjasama PT.Sari Timber Persada dan PT. Semarak Dharma Timber serta PT.WIN dalam pemenuhan ketersediaan kayu olahan.
“Semoga langkah awal ini menjadi kekal bagi industri kayu nasional mau internasional. Selamat bekerja dan berkarya, baktiku telah terpatri di bumi tercinta ini, sekali tujuan telah ditetapkan pantang langkah disurutkan.Jayalah Indonesiaku,” tegas Tutut Soeharto mengakhiri sambutannya. (Sri Sugiarti)