BeritaHistoriaOpini

Bayi Itu Bernama Soeharto

×

Bayi Itu Bernama Soeharto

Sebarkan artikel ini

Noor Johan Nuh (Pemerhati Sejarah)

Tepat hari raya Idul Fitri 1` Syawal 1339 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 1921 masehi, di Desa Kemusuk Yogyakarta, dari Rahim seorang Ibu bernama Sukirah, istri Bapak Kertosudiro, lahir bayi lelaki diberi nama Soeharto.

Tidak seperti mitologi kelahiran orang-orang besar yang acap kali dikaitkan dengan tanda-tanda alam—tidak demikian dengan kelahiran bayi itu.

Tidak ada letusan Gunung Merapi atau tsunami di Lautan Hindia.

Tidak ada tanda-tanda alam istimewa yang mengiringi kelahiran bayi itu.

Bayi itu lahir di satu desa yang dibayang-bayangi candi Budha terbesar di dunia; Borobudur.

Di usia 22 tahun, tahun 1943, Soeharto mengikuti pendidikan militer PETA dan selanjutnya meniti karir militer di Tentara Nasional Indonesia.

Sebagai militer, Soeharto menorehkan reputasi gemilang sebagai perwira lapangan, komandan pertempuran yang piawai.

Memimpin berbagai pertempuran mulai dari: “Pertempuran Kotabaru”, “Pertempuran Maguwo”., ikut dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang”, ikut dalam “Palagan Ambarawa”, memimpin “Serangan Umum 1 Maret 1949”, dan sebagai Panglima Mandala, Soeharto memimpin operasi militer terbesar yang pernah dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia.

Nama Soeharto muncul secara nasional saat negeri ini mengalami krisis dan penuh kekacauan akibat pemberontakan Gerakan 30 September yang didalangi Partai Komunis Indonesia tahun 1965.

Kondisi krisis dan penuh kekacauan berlangsung hampir dua tahun, hingga tanggal 12 Maret 1967, berdasarkan Ketetapan MPRS no XXXIII tahun 1967, terjadi suksesi kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto.

Sebagai presiden, prestasi gemilang ditorehkan oleh Soeharto ketika berhasil menjadikan Indonesia dari negara miskin menjadi negara berkembang yang siap menjadi negara industri.

Secara terencana dan terukur membangun Indonesia yang sepenuhnya baru.

Membangun Indonesia secara berkesinambungan dengan angka pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh sampai sembilan persen selama tiga dekade sehingga Indonesia dijuluki macan Asia.

Berhasil membawa Indonesia dari katagori negara miskin menjadi negara berkembang dengan tingkat kesejahteraan lebih baik secara bertahap.

Soeharto menunjukkan tekad baja dan kehendak yang kuat dalam melaksanakan tugas yang hampir mustahil untuk dilakukan.

Mengubah Indonesia yang miskin terpuruk, terpecah-belah secara kultural dan politik, menjadi negara yang stabil dan bersatu selama tiga dekade.

Fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri, pihak asing berperan aktif dalam melengserkan Presiden Soeharto, seperti dikatakan Direktur IMF Michel Camdessus saat mengakhiri tugasnya: “We created the conditions that obliged President Soeharto to leave his job”.

“Kami merekayasa kondisi sehingga Presiden Soeharto meninggalkan jabatannya.”

Bayi dari Kemusuk yang lahir 104 tahun yang lalu pada 8 Juni 1921, meninggal dunia tanggal 27 Januari 2008—dikebumikan keesokan harinya di Pemakaman Giri Bangun.( Noor Johan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *