BeritaSerbaneka

Nyadran Sumber Air: Tradisi Syukur, Ekologi, dan Warisan Budaya yang Terus Mengalir di Gunungkidul

×

Nyadran Sumber Air: Tradisi Syukur, Ekologi, dan Warisan Budaya yang Terus Mengalir di Gunungkidul

Sebarkan artikel ini

Channel8.co.id, GunungkidulDi tengah perbukitan karst Gunungkidul yang gersang saat kemarau, air bukan sekadar kebutuhan air adalah anugerah. Maka tak heran jika masyarakat di wilayah ini memiliki cara tersendiri untuk merayakan keberadaan air melalui tradisi Nyadran Sumber Air. Sebuah ritual tahunan yang bukan hanya menjadi bentuk syukur kepada Sang Pencipta, tetapi juga cermin dari kearifan lokal dalam menjaga keseimbangan alam dan mempererat ikatan sosial.

Di Dusun Nglebak, Kalurahan Katongan, Kapanewon Nglipar, suasana pagi itu terasa berbeda. Warga dari berbagai usia berkumpul di tepi Sungai Oya, membawa jala dan ember. Mereka menjaring ikan wader—ikan kecil khas sungai yang akan diolah menjadi lauk pauk dalam kenduri Nyadran. Namun, kegiatan ini bukan sekadar mencari bahan makanan. Ada kesepakatan tak tertulis di antara warga: sungai tidak boleh dirusak, ikan tidak boleh diambil sembarangan. Hanya saat Nyadran, mereka diperbolehkan memanen hasilnya. “Ini bentuk komitmen kami menjaga sungai agar tetap lestari,” ujar Suprihatin, Kepala Dusun Nglebak.

BACA JUGA : Tenun Baduy: Ketaatan Perempuan Baduy Menjaga Tradisi Leluhur

Tradisi Nyadran dimulai dengan prosesi membawa nasi berkat dan ingkung ayam ke sendhang-sumber air yang sejak dulu menjadi tumpuan hidup warga. Makanan-makanan ini dikumpulkan, lalu didoakan bersama oleh tokoh agama setempat. Setelah doa selesai, makanan dibagikan kepada semua yang hadir, tanpa memandang asal atau status.

“Yang datang dari luar dusun pun kami sambut. Semua dapat bagian, karena ini tentang kebersamaan,” kata Sumardi, tokoh masyarakat setempat.

Tradisi Syukur, Ekologi, dan Warisan Budaya yang Terus Mengalir di Gunungkidul
Tradisi Syukur, Ekologi, dan Warisan Budaya yang Terus Mengalir di Gunungkidul

Tak hanya warga dewasa, anak-anak sekolah juga dilibatkan dalam prosesi ini. Mereka duduk rapi di bawah pohon rindang, menyimak cerita para sesepuh tentang pentingnya menjaga alam dan menghormati leluhur. “Ini bukan sekadar tradisi, tapi pendidikan karakter dan ekologi,” tambah Sumardi.

Tradisi serupa juga digelar di Padukuhan Pakel, Kalurahan Tepus. Di sana, warga berkumpul di bawah pohon besar yang dibalut kain putih, membawa sesaji berupa tumpeng, kembang boreh, dan ingkung ayam. Doa dipanjatkan dengan khidmat, dipimpin oleh tokoh adat. “Kami percaya, pohon ini sakral. Ia menjadi saksi doa-doa kami sejak dulu,” ujar Rukino, Dukuh Pakel.

BACA JUGA : Santri Terapkan Nilai-nilai Deklarasi Istiqlal Lewat Budaya

Sementara itu, di wilayah Dloka yang meliputi Padukuhan Walangan, Kanigoro, Dongsari, dan Pacungan, tradisi Nyadran digelar di tiga lokasi sakral: makam Mbah Barat, makam Mbah Panjer, dan Alas Karang. Warga datang membawa nasi berkat dan doa, memperkuat ikatan batin antarwarga dan dengan alam. “Ini bukan hanya ritual, tapi cermin kebersamaan dan kekompakan,” ujar Suyono, Carik Kalurahan Tepus.

Tradisi Nyadran juga menjadi penanda dimulainya rangkaian adat Rasulan atau Bersih Dusun, yang biasanya digelar beberapa hari setelahnya. Dalam momen ini, berbagai kesenian rakyat seperti reog, jathilan, dan wayang kulit turut dipentaskan, menjadikan Nyadran bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga pesta budaya yang meriah.

BACA JUGA : Keseriusan Soeharto Saring Budaya Asing Masuk Indonesia 

Namun lebih dari itu, Nyadran adalah pengingat. Bahwa di balik setiap tetes air yang mengalir, ada doa yang dipanjatkan. Bahwa di balik setiap ikan yang ditangkap, ada kesepakatan untuk menjaga. Dan bahwa di balik setiap nasi berkat yang dibagikan, ada nilai gotong royong yang diwariskan lintas generasi.

Di tengah tantangan zaman, tradisi ini tetap hidup. Ia tumbuh bersama kesadaran ekologis, menyatu dengan nilai spiritual, dan mengakar dalam gotong royong. Sebuah warisan yang tak hanya dirawat, tapi juga diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.(A2n)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *