Historia

Di Balik Kemegahan Masjid Istiqlal, Ada Goresan Tangan Soeharto yang Kini Jadi Simbol Toleransi

×

Di Balik Kemegahan Masjid Istiqlal, Ada Goresan Tangan Soeharto yang Kini Jadi Simbol Toleransi

Sebarkan artikel ini

CHANNEL8.CO.ID,JAKARTA – Nama Presiden ke-2 RI, Soeharto, masih dikenang sebagai Bapak Pembangunan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Penilaian ini tentu tidak berlebihan, sebab era Soeharto ditandai dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum yang berdiri kokoh.

Salah satu bukti sejarah bangsa Indonesia yang tidak boleh dilupakan adalah masjid terbesar se-Asia Tenggara, yakni Masjid Istiqlal. Masjid yang terletak di Jakarta Pusat ini resmi dibuka untuk umum pada 22 Februari 1978. Masjid ini awalnya dibangun untuk memperingati kemerdekaan Indonesia. Namun kini, masyarakat menggunakan Masjid Istiqlal untuk berbagai aktivitas keagamaan yang memiliki nilai maslahat besar.

Sejarah Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal diprakarsai oleh Presiden RI pertama, Soekarno. Ia meletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan masjid ini pada tanggal 24 Agustus 1961. Namun, seiring dengan pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, Presiden ke-2 RI, Soeharto, melanjutkan pembangunan masjid ini.

Bahkan di era Soeharto, berbagai fasilitas yang dapat mempermudah ibadah umat Islam menghiasi Masjid Istiqlal. Soeharto juga menginginkan Masjid Istiqlal menjadi tempat yang dapat digunakan oleh seluruh bangsa Indonesia. Karena itu, ia merancang masjid ini senyaman mungkin.

Peresmian Masjid Istiqlal oleh Soeharto

Dilansir dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978” pada Rabu (8/1/2025), setelah direnovasi dan dipercantik, Presiden Soeharto akhirnya meresmikan Masjid Istiqlal pada Rabu, 22 Februari 1978. Dengan kepalan tangan yang kokoh, Presiden Soeharto menandatangani batu prasasti sebagai bentuk kegembiraan atas wajah baru Masjid Istiqlal.

“Peresmian tersebut dilaksanakan dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi negara, tokoh agama, dan masyarakat setempat,” tulis buku itu pada halaman 600.

Buku itu juga menyebutkan bahwa Presiden ke-2 Soeharto menyampaikan bahwa selain menjalankan perintah agama Islam, ia membangun masjid itu selaras dengan nilai dan ajaran Pancasila.

Soeharto menyebutkan bahwa pembangunan masyarakat berdasarkan Pancasila memerlukan perhatian besar terhadap kehidupan beragama. Ia mengatakan bahwa salah satu aspek penting dalam hal ini adalah pembangunan lembaga-lembaga pendidikan agama, seperti madrasah, pesantren, dan rumah ibadah, termasuk masjid, mushalla, dan sebagainya.

Karena itu, pemerintah sangat memperhatikan pembangunan lembaga-lembaga tersebut untuk memperkuat fondasi kehidupan beragama di tanah air,” kata Presiden Soeharto dalam buku tersebut.

Harapan untuk Masjid Istiqlal

Soeharto berharap Masjid Istiqlal, yang kini telah resmi menjadi masjid nasional, dapat menjadi tempat yang tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga sebagai arena memperdalam ketakwaan kepada Allah dan mempertinggi akhlak umat manusia.

Masjid Istiqlal hendaknya dapat memancarkan Nur Islam di bumi Indonesia dan menjadi tempat yang mengolah pendidikan dakwah serta kegiatan sosial yang bermanfaat,” tuturnya.

Lebih lanjut, Presiden Soeharto mengingatkan agar Masjid Istiqlal tidak dijadikan sebagai tempat untuk menumbuhkan semangat golongan tertentu atau digunakan untuk tujuan-tujuan lain yang tidak berkaitan dengan ibadah dan pengembangan agama Islam.

Untuk jangka panjang, saya berharap masjid ini akan terus diperindah. Namun, yang lebih penting adalah kita bersama-sama meneruskan pembangunan bangsa Indonesia yang bersatu, rukun, sejahtera, dan adil,” pesan Presiden Soeharto di akhir sambutannya.

Peresmian Masjid Istiqlal ini menjadi momen penting dalam perjalanan pembangunan fisik dan spiritual Indonesia, serta sebagai lambang komitmen pemerintah dalam memajukan kehidupan beragama di tanah air.

Wajah Baru Masjid Istiqlal

Kini, masjid yang berlokasi di Sawah Besar, Jakarta Pusat, telah selesai direnovasi dan diresmikan oleh Presiden ke-7 Joko Widodo. Renovasi ini merupakan yang pertama kali dilakukan sejak masjid itu dibangun 42 tahun silam. Anggaran renovasi mencapai Rp 511 miliar, seluruhnya diambil dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Masjid ini juga memiliki terowongan toleransi yang menghubungkan umat Islam dan Kristen. Masjid Istiqlal mampu menghubungkan ke Katedral Santa Maria yang berada di seberangnya. Masjid Istiqlal kini juga terlihat segar dengan berbagai pepohonan dan rumput hijau mendominasi pekarangan masjid.

Ada sejumlah pohon tua yang sudah lama ditanam di sana, dan banyak juga pohon yang baru ditanam pada masa renovasi. Bagian yang tak ditanami pohon dan rumput juga tampak rapi dengan dipasangi keramik hitam.

Tempat duduk bagi pengunjung juga disediakan di sejumlah titik di pekarangan masjid. Selain itu, ada juga tempat penitipan sepatu dan barang. Di sisi timur, mereka membangun basement dua lantai untuk parkir kendaraan pengunjung. Di atas basement itu, mereka membangun lapak untuk para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berjualan.

Tak hanya itu, masjid Istiqlal kini juga dipasangi elevator berlapis kaca transparan menuju lantai 2 atau area shalat. Elevator ini dikhususkan bagi manula atau penyandang disabilitas.

Lalu, memasuki area dalam masjid, suasana megah langsung terasa berkat tiang-tiang pancang yang berkilauan. Tiang pancang di Masjid Istiqlal kini dilapisi besi aluminium sehingga memantulkan cahaya ke seluruh area shalat. Di tiang pancang itu, Al Quran tersusun rapi.

Semoga kita semua dapat menerima manfaat dari kerja keras pemimpin Indonesia terdahulu. Aamin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *