Menkeu mengatakan bahwa ketidakpastian global di tahun 2024 masih tinggi, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti El Nino, tensi geopolitik, dan perlambatan ekonomi global. Namun, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan resiliensi, dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang terkendali, surplus neraca perdagangan, serta tingkat suku bunga dan nilai tukar yang relatif moderat dibandingkan negara lain.
“Kita bersyukur dan optimis dengan pengalaman-pengalaman sejak dari Covid, geopolitik dan ketidakpastian, kita mampu merespon (melalui kebijakan dalam) APBN yang terus bisa mengurangi resiko bagi masyarakat,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers APBN Kita Awal Tahun, Senin (6/1/2025)
Ekonomi Indonesia yang resilien ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang selalu terjaga di level 5 persen, penurunan angka pengangguran ke level 4,9 persen, penciptaan 4,8 juta lapangan kerja baru, dan penurunan tingkat kemiskinan menjadi 9 persen, dan kemiskinan ekstrim turun di 0,8 persen. Selain itu, ketimpangan ekonomi juga berhasil ditekan, mencerminkan arah kebijakan yang inklusif.
Menkeu menjelaskan bahwa APBN 2024 difungsikan sebagai shock absorber, melindungi masyarakat dari dampak gejolak global dan mendukung momentum pembangunan.
Beberapa catatan penting terkait pelaksanaan APBN 2024 di antaranya adalah defisit APBN terkendali pada level aman 2,29 persen terhadap PDB; pertumbuhan penerimaan pajak mencapai 3,6 persen, didukung efektivitas reformasi perpajakan; dan penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp 579,57 triliun, melebihi target, berkat kinerja positif BUMN dan inovasi layanan.
Sementara itu, belanja negara tumbuh sebesar 7,3 persen (yoy), fokus pada perlindungan sosial seperti bantuan pangan, subsidi pupuk, dan program pendidikan (KIP, KIP Kuliah), dan primary balance defisit Rp 19,4 triliun, tetap dalam batas risiko yang manageable.
Realisasi sementara pelaksanaan APBN 2024 adalah sebagai berikut, pendapatan negara mencapai Rp 2.842 triliun (101,4 persen di atas target APBN), realisasi belanja negara mencapai Rp 3.350 triliun, sehingga realisasi defisit APBN 2024 adalah sebesar Rp 507,8 triliun (2,29 persen PDB).
“APBN 2024 yang terus bekerja dengan sangat keras namun tetap juga menjadi instrument yang diandalkan dan tetap kredibel. Di tengah gejolak global, APBN kita terus menjadi peredam shock dan dan juga melindungi masyarakat baik yang paling rentan bahkan kepada kelas menengah (melalui) berbagai subsidi dan kompensasi,” ujar Menkeu.
Menkeu mengatakan bahwa kinerja APBN 2024 tetap sehat dan kredibel. Dengan modal ini, pemerintah optimis untuk menjalankan APBN 2025 dengan baik walaupun diperkirakan tetap akan ada dinamika global yang harus terus diantisipasi dampaknya bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia.