BeritaSerbaneka

Buku Kisah Inspiratif “Selangkah di Belakang Mbak Tutut” Diluncurkan

×

Buku Kisah Inspiratif “Selangkah di Belakang Mbak Tutut” Diluncurkan

Sebarkan artikel ini

Channel8.co.id, Jakarta. Buku biografi Hardijanti Hastuti Rukmana atau akrab disapa Tutut Soeharto berjudul “Selangkah di Belakang Mbak Tutut” diluncurkan di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat malam (15/8/2025).

Buku dua jilid sebanyak 1000 halaman yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama berkisah kesaksian perjalanan hidup dan karir putri sulung Presiden ke 2 Republik Indonesia, Jenderal Besar TNI (Purn) HM. Soeharto dituliskan oleh Donna Sita Ariani.

Pada malam peluncuran buku ini, Tutut Soeharto memberikan buku pertamanya kepada Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Buku tersebut sudah dibubuhi tanda tangan dari Tutut Soeharto.

Presiden ke enam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menerima Buku Selangkah Dibelakang Mbak Tutut (Jumat, 15/08/2025)

SBY mengucapkan selamat kepada Tutut Soeharto atas suksesnya peluncuran bukunya. “Congratulion dengan penerbitan buku ini, saya mendoakan Mbak Tutut dengan keluarga besar selalu dalam lindungan Tuhan, Allah SWT,” ucap SBY dalam sambutannya.

Penulis buku “Selangkah di Belakang Mba Tutut”, Donna Sita Iriani mengatakan, sekitar 35 tahun lalu, ia adalah pimpinan redaksi (pimred) Tabloid Wanita Indonesia sehingga banyam menyimpan dokumentasi perjalanan Mbak Tutut di pelbagai kegiatan.

” Ada kegiatan sosial, ada kegiatan bisnis, dan politik. Kemudian ada lagi kegiatan nasional dan international. Semuanya dirangkum dalam buku ini. Pada umumnya sudah dipublikasikan melewati Tabloid Wanita Indonesia,” ujar Donna dalam konfrensi pers di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (15/8/2025).

Lebih lanjut Donna menjelaskan, selama proses menulis sekitar lima tahun terasa menyenangkan karena jumlah narasumbernya bertambah banyak. Mereka para narsum itu adalah teman-teman dekat Tutut Soeharto.

“Jadi teman-teman dekat yang mengiringi kegiatan sosial, kegiatan politik, dan berbagai macam itu. Dan mereka semua mengisahkan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dalam tugas-tugas yang berat karena Mbak Tutut itu sangat menyenangkan hati, sangat ceria,” ucap Donna.

Menurut dia, Mbak Tutut layak menjadi contoh baik perihal bertindak dan sangat bertanggungjawab dalam setiap pekerjaan yang dilakukkan, semua dipersiapan dengan maksimal dan hasil yang bagus menyenangkan.

Begitu pula dirinya, Donna mengaku sangat menikmati proses pengerjaan buku selama lima tahun. Karena nara sumbernya yang lumayan banyak, sehingga itu menginspirasi judul bukunya “Selangkah di Belakang Mbak Tutut”.

“Narasumbernya bertambah terus. Dua di antaranya bahkan mantan kepala negara Filipina, waktu itu Bapak Fidel Ramos kemudian Perdana Menteri Malaysia, pada saat dia menjabat kami wawancara,” kata Donna.

Dijelaskan Donna, kebutuhan mewawancarai Fidel Ramos karena ada proyek Tutut Soeharto yang diminta Ramos dikerjakan di Manila. Proyek itu adalah Metro Manila Skyway dan pembangunan jalan tol Ayer Hitam-Yong Peng Timur di Malaysia.

Jadi mengenai judul, Donna dan tim serta para narasumber merasa dekat dengan Tutut Soeharto. “Makanya diibaratkan Selangkah di Belakang Mbak Tutut. Dekat sekali,” tegasnya.

Menurut Donna, Mbak Tutut adalah sosok wanita Indonesia yang telah lama dikenal publik sejak era 1980-an sebagai putri sulung Presiden Soeharto, namun memiliki rekam jejak yang luar biasa dalam bidang sosial, pembangunan, kepemimpinan organisasi internasional.

Buku ini menyajikan potret multidimensi Mbak Tutut, sebagai tokoh wanita dalam dunia bisnis, sebagai inisiator berbagai program sosial, pelestari seni dan budaya bangsa, hingga pewaris nilai-nilai luhur keluarga Cendana yang tetap bersahaja dan tangguh.

Menurut dia, buku ini memuat hal-hal yang tak diketahui Gen Z karena peristiwanya sudah terjadi 20 tahun lalu. “Jadi apa yang tak diketahui Gen Z bisa diberi tahu oleh buku ini,” ujar Donna.

⁠Tria S.P. Ismail Saleh sebagai penanggung jawab buku, berharap buku ini menjadi jembatan nilai antara generasi yang membangun dan generasi yang berkelanjutan melalui perjalanan Mbak Tutut menyusuri lorong pengabdian senyap yang penuh dengan dedikasi.

“Dalam keterbatasan ruang publik yang sering kali diwarnai distorsi, Selangkah di Belakang Mbak Tutut hadir sebagai narasi alternatif, penuh kejujuran, reflektif, dan memberi ruang untuk pembelajaran lintas waktu,” ujar Tria.

“Buku ini bukan sekadar dokumentasi, tetapi sebuah ajakan untuk kembali pada nilai ketulusan dalam bekerja, kesetiaan dalam keluarga, dan keberanian untuk mengabdi. Dari keluarga ke bangsa, dari bisnis ke sosial, itulah warisan yang Mbak Tutut sampaikan,” pungkasnya. (Sri  Sugiarti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *