Channel8.co.id, Jakarta – Senyum lega tampak menghiasi wajah banyak keluarga penerima manfaat (KPM) ketika kabar pencairan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Kesejahteraan Rakyat kembali bergulir. Bantuan senilai Rp900.000 ini menjadi angin segar bagi jutaan masyarakat miskin ekstrem dan rentan, terutama mereka yang tidak memiliki rekening bank.
Penyaluran dilakukan melalui PT Pos Indonesia, dengan lebih dari 17 juta keluarga tercatat sebagai penerima lewat jalur kantor Pos. Prosesnya sederhana: cukup menunggu undangan resmi dari petugas desa atau kurir Pos, membawa dokumen berupa KTP, KK, serta surat undangan, lalu hadir sesuai jadwal yang ditentukan. Di loket, antrean tertib menjadi bagian dari perjalanan singkat menuju dana tunai yang sangat dinanti.
BACA JUGA : Aceh Jadi Prioritas, Kemenkes RI Gelontorkan Rp1,052 Triliun Tahun 2026
Di balik angka Rp900.000, tersimpan harapan besar. Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu, menjelaskan bahwa bantuan ini menyasar empat desil terbawah masyarakat.
“Kalau kita tambah Rp900.000 ke kantong masyarakat, paling tidak 90 persen langsung dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya.
Dengan total anggaran mencapai Rp31,95 triliun, pemerintah berharap BLT ini mampu menjadi pemicu konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2025. Harapan itu muncul setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pelemahan daya beli masyarakat, yang bahkan menyentuh titik terendah dalam 14 tahun terakhir di luar periode pandemi.
Bagi banyak keluarga, BLT bukan sekadar angka dalam laporan fiskal. Ia hadir sebagai penopang dapur tetap mengepul, biaya sekolah anak tetap terbayar, dan kebutuhan harian bisa terpenuhi. Di tengah ketidakpastian ekonomi, Rp900.000 ini menjadi simbol kehadiran negara yang berusaha menjaga daya beli rakyatnya.
BACA JUGA : Indra Rukmana, Sosok Ayah Panutan Yang Luar Biasa
Dengan pencairan yang terus berjalan, BLT Kesra Rp900 ribu bukan hanya bantuan tunai, melainkan juga secercah harapan bahwa konsumsi masyarakat akan kembali bergairah, dan roda ekonomi nasional tetap berputar.
